gadget

EDISI

EDISI 1 (12) EDISI 2 (11) EDISI 3 (14) EDISI 4 (10) EDISI 5 (9) EDISI 6 (9) IKLAN (4) INFO (5) RESENSI (6) Salam Redaksi (7)

Sabtu, 12 Agustus 2017

I am So Shy



Oleh : Nahra Malik
Suasana kelas begitu sunyi. Hanya terdengar dehem-an Pak Asnadi yang sedang sibuk mencatat kutipan ayat tentang “ikhlas” di White-Board yang begitu bening mengkilap. Tak lama kemudian, seorang siswa dengan gaya nya yang khas dan Cool abis-abisan tiba-tiba berdiri di depan pintu. Dengan raut nya yang sedikit terkejut, ia segera menghampiri pak Asnadi dan meraih tangannya sambil mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum pak”. Kata nya, seraya menampakan sebaris giginya. Namun, saat ia hendak duduk, pak Asnadi segera mencegahnya.
“stop ?” cegah pak Asnadi dengan tatapan tajam nya membidik kedua bola mata si siswa yang agak sembam. “kamu belum mandi?”. Tanya pak asnadi dengan santai nya sambil menjewer kupingnya sedikit dengan agak lembut.
“su.. sudah kok pak”. Jawab si siswa Cool abis-abisan itu agak gugup
“kok mata nya masih sembam??”. Tanya pak asnadi lagi
“ooh.. i.. itu”. Jawab si siswa gelagapan
“baru bangun ya??”
“iya pak... baru bangun tuuh”. Teriak beberapa siswa
Sejenak teriakan para siswa kemudian terhenti saat pak asnadi membidikan kedua matanya kearah mereka.
“i..iya pak”. Jawab siswa over Cool itu
“kemarin sudah saya ingatkan ‘jangan terlambat !!!’ kamu lupa atau nggak ingat???”.
“ahahaha... sama aja kali paak... ump”. Cetus seorang siswa yang kemudian menghentikan tawa nya saat tatapan khas pak Asnadi menyorot tajam kepadanya.
“ma..maaf pak, saya kesiangan. Saya bersedia diberi hukuman apa saja yang penting bapak memaafkan saya. Saya janji pak, saya akan berusaha agar tidak terlambat lagi. Mohon maafkan saya pak”. Kata siswa itu sambil menundukkan wajahnya tanda menyesal.
“hmmm.. baiklah nak. Kalau kamu benar-benar serius ingin belajar, tolong jangan terlambat lagi karena hal itu bisa jadi kebiasaan nantinya dan yang rugi bukan bapak, tapi kamu sendiri. Kali ini, karena kamu begitu menyesal dan sopan, saya beri keringanan untuk hukuman kamu. Kamu cukup hafalkan surat Al-Insyiqaaq dan besok harus hafal.”. kata pak Asnadi yang kemudian menyuruhnya duduk bersama siswa yang lain.
Waktu bergulir begitu cepat. Bel ganti pelajaran pun berbunyi dan pak Asnadi mengakhiri pembelajarannya. Beberapa saat kemudian, datang lah Guru Fisika. Seorang guru perempuan dengan seragam PDH nya yang terlihat begitu cantik dan keibuan dengan postur tubuhnya yang tinggi dan agak gemuk.
“Selamat pagi menjelang siang anak-anak. Melanjutkan pembahasan pada pertemuan sebelumnya, Kali ini kita akan membahas tentang Stress. Stress berasal dari bahasa inggris yang artinya “tekanan”. Dengan Rumus Stress (P)=F/A , artinya, Stress (tekanan pada benda) itu sama dengan gaya dibagi luas permukaan benda yang menerima gaya. Sebagai analogi-nya, Stress = beratnya masalah kehidupan dibagi luasnya hati seseorang, semakin luas hati seseorang (ikhlas ridha) maka tingkatan stress-nya juga akan semakin kecil...”. jelas Bu Erni, Guru Fisika yang energik dan terlihat genius dengan kacamata nya yang melekat dikedua mata belo-nya itu.
Selang beberapa saat, datang seorang guru piket. “Assalamu’alaikum, mohon maaf Bu Erni.. boleh saya minta waktunya sebentar?”. Kata Pak Salman.
“Boleh pak, silahkan”
“Disini, ada yang bernama ‘Sila Susila Suparman’?
“ada paak..”. jawab beberapa siswa
“kamu dipanggil ke kantor. Sekarang ya”
Dengan sedikit gugup, siswi manis yang agak pemalu itu pun beranjak dari tempat duduknya. Namun karena ragu, ia kembali duduk dan berbisik kepada teman sebangkunya “anterin aku dong Ci,”. Katanya kepada Cici, teman sebangku yang selalu setia mendampingi ia dikala susah, maupun senang.
“..tapi Sil, Bu Erni...”. belum, sempat Cici melanjutkan kalimatnya, Guru Fisika menegur mereka.
“kenapa malah asik berbisik? Ayo... Sila... cepat ke kantor dulu”. Kata Bu Erni dengan nada keibuannya.
“..i ..iya bu” jawab sila sambil melirik Cici.
“ibu, maaf.. katanya Sila minta di anter”. Kata Cici agak segan
Sekilas senyuman tersiar diwajah Bu Erni. “Nak Sila, kamu harus belajar mandiri.. ya. Ayo silahkan ke kantor sendiri.. ya”
“iya bu”. Jawab Sila
“oh iya, sila.. sambil ke kantor tolong ambilkan isi tinta ya ..spidol ibu kering”
“i..iya bu” jawab Sila. yang kemudian pergi ke kantor dengan langkahnya yang malu-malu. Itu pertama kalinya bagi Sila pergi ke kantor sendirian. Jantungnya berdegup begitu hebat. Entah kenapa siswi yang satu ini begitu pemalu.
Sesampainya di kantor, ternyata bagian Tata Usaha membutuhkan informasi biodata yang jelas tentang Sila. Kemudian Sila menuliskan tanggal lahirnya di lembar biodata“14 Agustus 2001”
“Sila Suparman? ..Bapak Kamu namanya Suparman? Dan kamu lahir di hari Pramuka?? Itu Benar?”. Tanya Pak Helmi, bagian Tata Usaha itu dengan nada tegas.
“Bukan pak, nama saya Sila Susila Suparman, dan bapak saya Udin, bukan Suparman”. Jawab sila dengan nada gugup dan terkejut
“hehehe... bapak bercanda Nak.” Kata Pak Helmi yang hoby humor itu. Wajah ramahnya semakin terlihat akrab.
Wajah kuning langsat Sila segera berubah menjadi merah kehijauan. Sila yang sangat pemalu itu semakin merasas malu saat itu.
“oke.. terimakasih ya, maaf waktu belajarnya jadi terganggu. Silahkan Nak Sila kembali ke kelas”
“..iya pak, terimakasih”.
Sila berjalan agak tergesa menuju kelasnya dengan membawa sebotol tinta di tangan. Tiba-tiba...
“Brukkkk...”. Sila menabrak seorang siswa.. dan.. ternyata ia adalah...
Siswa itu terkejut dan semakin terkejut ketika melihat isi tinta tertumpah di kulit tangan nya yang begitu putih bersinar. “ya..ya ampun”
“haaaaa...”. Sila tak mampu berkata-kata, ia begitu terkejut. Mulutnya menganga sambil menatap wajah tirus berkumis tipis itu. Tatapan nya beralih ke nama yang tertulis di baju Siswa seniornya itu “M. Fariz”. Tanpa basa-basi Sila langsung melarikan diri dan lari menuju kelasnya. Dengan nafas tersendat-sendat ia meletakan botol tinta di meja guru dan segera menuju tempat duduknya. Suhu tubuhnya beralih menjadi sedingin Es, dan kulit langsatnya menjadi begitu pucat pasi.
“Sila.. ada apa?” tanya Cici setengah berbisik.
“..” Sila tak mampu berkata-kata, matanya berkilat basah seakan ingin mledakan tangis.
“sila ???”. tanya Cici lagi, penasaran.
“nggak kenapa-kenapa ci”. Jawabnya, lemas.
Tak berapa lama, bel istirahat berbunyi. “Terole..role..role..roleeet. role..rolee... role..roleet....”
Siswa-siswi kelas X-Mia-4 itu berhamburan keluar. Beberapa siswa pergi ke perpustakaan, ke kantin dan sisanya ber-semedi di dalam kelas. Tentunya setelah Bu Erni menutup pembelajaran.. hehe.
Berselang 20 menit. Bel masuk kelas berbunyi dan terdengar suara dari arah salon kecil disetiap sudut dinding kelas. “Tes... Tes... ehm. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi MAS MALIKA Pandeglang agar berkumpul di aula sekolah karena ada beberapa informasi penting yang akan disampaikan. Terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb”
Dengan segera, para siswa dan siswi MAS MALIKA dari kelas X sampai XII bergerombol memasuki aula. Para siswa duduk di kursi bagian kanan dan para siswi duduk di kursi bagian kiri.
“Cicii...”. gumam sila yang baru sadar bahwa sahabatnya itu tidak di sampingnya. Sila mondar mandir mencari keberadaan Cici. Dan ...
“Brukkk..”. tiba-tiba ia menabrak seorang siswa.
“hmmhh..”. desis siswa itu kesal sambil menggelengkan kepalanya.
Lagi-lagi Sila menabrak seorang siswa, dan untuk yang kesekian kalinya ia menabrak siswa berkumis tipis itu. dan untuk kesekian kali-nya pula ia terlalu gugup sampai-sampai mengabaikan kata ‘maaf’. Seperti biasa, sila melarikan diri dengan wajahnya yang memucat dan suhu sedingin Es. Ditengah kerumunan, sila semakin salting. Ia hanya mampu berdiri mematung ditengah kerumunan.
Suara Pak Salman yang menggema terdengar didepan aula. Ia berdiri untuk membuka acara –
Gemuruh salon menjadi backsound yang begitu syahdu bagi perasaan Sila yang dag-dig-dug tak karuan. Suasana aula semakin sunyi dan hanya ada suara pemandu acara yang seakan memanggil-manggil dirinya. Semakin sunyi... dan... tiba-tiba terdengar ledakan tawa.
“ha..ha..hahaha”.. suara tawa para siswa dan siswi itu kian bergemuruh, dan akhirnya Sila tersadar bahawa hanya dirinya yang berdiri mematung diantara barisan siswa dan siswi yang telah duduk rapi. Ia merasa sangat gugup. Sampai akhirnya ia menemukan tempat duduk yang kosong di baris ke 5.
Suasana hati Sila tidak begitu baik. Ia merasa sangat malu. Beraneka macam kalimat yang disampaikan oleh Pak Salman seolah hanya numpang lewat di telinganya. Hingga terdengar nada yang sedikit kesal di depan sana yang kemudian membuatnya lebih fokus.
“..tolong anak-anak, yang dibelakang.. tolong jangan berisik.”. kata pak Salaman makin kesal.
“..iya bapaaaaaak”.. balas beberapa siswa dibelakang yang tidak kebagian tempat duduk (entah mungkin sengaja tidak ingin duduk)
“..Mendengarkan baik-baik ketika seseorang berbicara didepan itu merupakan etika,..”. lanjut pak Salman.
“iya bapaaaak”.. balas beberapa siswa di belakang itu dengan nada yang sedikit ngalelewe
 “..kalian sebagai siswa MAS yang notabene adalah muslim dan berpendidikan seharusnya faham. Jangan dibiasakan ricuh seperti ini...!!!”. kata Pak Salman. Wajahnya merah padam.
“iyaaa.. bapaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak”.. balas beberapa siswa itu lagi semakin keras. Semua mata tersorot kepada mereka.
“ehm...”. desis Kepala Sekolah yang kemudian memasuki Aula. Langkahnya yang kharismatik menghentikan semua kebisingan. Seketika suasana menjadi sunyi. Semua mata menunduk.
Tiba-tiba. “tuuuuuuuuuttt.. tuut”. Terdengar suara nyaring ditengah aula.
Sontak semua mata tersorot kearah barisan siswi dan semakin tajam menyorot kearah seorang siswi Manis yang diam membisu dengan wajah nya yang semakin pucat pasi dan gemetaran.
“..siapa itu yang kentut??”. Cetus seorang siswa.
“siapa ?”. tanya Kepala Sekolah, dengan raut sedikit ganas.
Suhu tubuh Sila makin beku. Sejenak suasana menjadi hening.
Tiba-tiba seorang siswa yang duduk tidak jauh dari tempat duduk Sila berdiri. “Saya pak. Maaf”. Katanya.
Semua siswa terhenyak. Terutama para siswi yang notabene adalah fans berat siswa senior berkulit terang itu.
“ya ampun... si kakak.. aku nggak nyangka”. Gumam seorang siswi dengan nada sangat pelan. “..kharismamu jadi berkurang kak.. oh no...”. lanjutnya lagi.
“tapi ..dia Stay Cool and So Handsome meskipun punya bunyi senyaring itu”. Gumam siswi lainnya yang begitu terpana melihat sosok siswa senior yang tegap dan berkumis tipis itu.
Disisi lain, Sila sangat terkejut. “haaaah??? Emang selain aku ada juga yang ken....t??” gumamnya dalam hati. “kok...”. kemudian Sila menoleh keseberang kearah siswa yang mengaku ken...t itu dan... “M.Fariz... ya... ya ampun. Kok.... dia”. Desisnya lagi dalam hati.
vvv.jpg“...Memaku penuh tanya
Tiada kata, hanya mampu menduga...
Siapakah Engkau wahai insan shalih..
Yang melangkah pasti penuh keteguhan,
Berjalan seraya menuang cinta di setiap langkahmu..

Haruskah ku tetap membisu?? Dibalik fakta yang tersembunyi
Tersembunyi dalam lindunganmu...”
Catatan “Sila Susila Suparman”
00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO Terbaru

INFO Terbaru
"The Best Writer Of The Month" Edisi September

INFO Khusus

INFO Khusus
Karena terbentur dengan kegiatan UAS dan libur sekolah, pendaftaran anggota baru dibuka pada tanggal 01 November - akhir Desember 2017