gadget

EDISI

EDISI 1 (12) EDISI 2 (11) EDISI 3 (14) EDISI 4 (10) EDISI 5 (9) EDISI 6 (9) IKLAN (4) INFO (5) RESENSI (6) Salam Redaksi (7)

Selasa, 22 Agustus 2017

Saat Hujan Bicara



Oleh: النهر
Cairan jernih itu mengucur deras dari langit-Mu.
Fikir terus saja melanglangbuana entah kemana. Bukan tanpa alasan, Kadang jiwa bergetar dahsyat dan bola mata meleleh hebat. Seperti hujan yang deras itu.. jeritan jiwaku membara diantara gemericik panggilan cinta-Mu yang merayap membasahi setiap organ tubuh yang kekeringan.
Mungkin saja hujan tak sehebat kala petir mengguncang semesta. Namun cukup kuat pengaruhnya bagi fikir yang sedang berdiri tegak menatap angkasa luas yang menyimpan sejuta rahasia itu. Sehingga kepalaku mulai merunduk perlahan kearah bumi basah ini. Semua diam. Semua diam. Hanya bisik hujan yang berbicara. Ia hanya ingin di dengar oleh setiap jiwa yang hidup.. dan berusaha membangunkannya dari kematian.
Aku lelah dan segera kalah. Kalah dengan rasa malu. Malu untuk melanjutkan kelelahanku.
Aku lelah dengan aktivitasku, lelah dengan segala problema, lelah dengan amukan jiwaku, lelah dengan kebandelan ego ku.. namun bisa kah aku lebih lelah dari bumi yang lebih tua dariku? Bisa kah aku lebih bosan dari matahari yang setiap saat merayap menatap fenomena alam yang penuh warna dan bising ini? Bisa kah aku lebih lelah dari bulan yang terus tumbuh dan menyusut tanpa pensiun?
Tidak. Tidak bisa.
Semua yang kupikirkan hanya akan membuatku semakin merasa malu. Sangat malu.
*Dunia amat menawan. Bukan sekedar keelokan pantai atau sejuknya pegunungan. Ada banyak hal yang bisa dinikmati.
*Setiap kaki melangkah, bahkan darah pun terus melangkah mengaliri urat-urat di dalam tubuh. Kebahagiaan sesungguhnya hanya ada ketika jiwa dekat dengan pemiliknya.
*Harta, tahta, title, dan keluarga bisa diperoleh dengan mudah. Namun tidak dengan surga.






Gores Pena
Saat Hujan Bicara
Oleh: النهر
Cairan jernih itu mengucur deras dari langit-Mu.
Fikir terus saja melanglangbuana entah kemana. Bukan tanpa alasan, Kadang jiwa bergetar dahsyat dan bola mata meleleh hebat. Seperti hujan yang deras itu.. jeritan jiwaku membara diantara gemericik panggilan cinta-Mu yang merayap membasahi setiap organ tubuh yang kekeringan.
Mungkin saja hujan tak sehebat kala petir mengguncang semesta. Namun cukup kuat pengaruhnya bagi fikir yang sedang berdiri tegak menatap angkasa luas yang menyimpan sejuta rahasia itu. Sehingga kepalaku mulai merunduk perlahan kearah bumi basah ini. Semua diam. Semua diam. Hanya bisik hujan yang berbicara. Ia hanya ingin di dengar oleh setiap jiwa yang hidup.. dan berusaha membangunkannya dari kematian.
Aku lelah dan segera kalah. Kalah dengan rasa malu. Malu untuk melanjutkan kelelahanku.
Aku lelah dengan aktivitasku, lelah dengan segala problema, lelah dengan amukan jiwaku, lelah dengan kebandelan ego ku.. namun bisa kah aku lebih lelah dari bumi yang lebih tua dariku? Bisa kah aku lebih bosan dari matahari yang setiap saat merayap menatap fenomena alam yang penuh warna dan bising ini? Bisa kah aku lebih lelah dari bulan yang terus tumbuh dan menyusut tanpa pensiun?
Tidak. Tidak bisa.
Semua yang kupikirkan hanya akan membuatku semakin merasa malu. Sangat malu.
*Dunia amat menawan. Bukan sekedar keelokan pantai atau sejuknya pegunungan. Ada banyak hal yang bisa dinikmati.
*Setiap kaki melangkah, bahkan darah pun terus melangkah mengaliri urat-urat di dalam tubuh. Kebahagiaan sesungguhnya hanya ada ketika jiwa dekat dengan pemiliknya.
*Harta, tahta, title, dan keluarga bisa diperoleh dengan mudah. Namun tidak dengan surga.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO Terbaru

INFO Terbaru
"The Best Writer Of The Month" Edisi September

INFO Khusus

INFO Khusus
Karena terbentur dengan kegiatan UAS dan libur sekolah, pendaftaran anggota baru dibuka pada tanggal 01 November - akhir Desember 2017