“Ulama
& Pejuang Kemerdekaan.. asal Pandeglang”
Saat musim liburan Or weekend, paling asyik jalan-jalan, aplagi
bareng keluarga tercinta. Jalan-Jalan yang enak kemana ya???
Wah,ternyata semua
serempak menjawab “pantai”. ya!! Memang pantai masih menjadi pilihan banyak
orang ketika berlibur. Pantai terdekat
dari daerah kita ini yaitu pantai carita, betul?? Nah, didekat lokasi pantai
carita terdapat tempat ziarah yang biasa ramai
didatangi pengunjung.
Apa
salahnya ketika berkunjung ke pantai carita, kita sekalian berziaarah ke makam
syekh Asnawi Caringin yaitu bertempat di caringin, kecamatan
Labuan-Pandeglang-Banten.
Pengunjung yang datang tidak hanya
dari daerah banten, tetapi juga dari luar propvinsi Banten. Mungkin kalian
bingung ??? kenapa sih banyak yang Ziarah kesana??, siapa sih syekh Asnawi
itu?? Apa sih ysng spesial dari beliau??
Kata Caringin diambil dari kata beringin yang
berarti pohon teduh yang rindang. Nama ini diambil karena sosok syekh Asnawi
yang telah mengayomi masyarakat yang dianalogikan sebagai pohon beringin.
Syekh Asnawi lahir di kampung
caringin sekitar tahun 1850 M, keturunan Abdurahman dan Ratu sabiah, dan
merupakan keturunan ke-17 dari Sultan agung Mataram atau Raden Fatah. Di usia 9
tahun, ia dikirim ayahnya ke Mekkah untuk menimba agama islam,aia belajar dengan
ulama Banten yang termasyhur yaitu syekh Nawawi Tanara Albantani.
Sekembalinya dari Mekkah, ia mulai
berdakwah ke berbagai daerah. Karena ketinggian ilmu nya, Beliau mulai ramai
dikenal orang banyak dan menjadi panutan masyarakat Banten. karena pada sat itu
Indonesia masih dikuasai panjajah, syekh Asnawi banyak menerima ancaman dari
pihak pihak yang merasa terusik.
Banten yang terkenal
dengan jawara-jawara dan ilmu kanuragan nya bisa ditaklukan oleh syekh Asnawi.
Beliau adalah ulama dan jawara yang sangat disegani oleh penjajah Belanda. Dalam
dakwahhya, K.H. Asnawi juga mengobarkan
semangat nasionalisme anti penjajah kepada masyarakat. Oleh karena itulah ia
diasingkan ke Cianjur selama kurang lebih 1 tahun dengan tuduhan melakukan
pemberontakan kepada Hindia Belanda. Namun apa yang dilakukan syekh Asnawi
banyak didukung penuh oleh rakyat dan para ulama, terutama para bangsawan dan jawara-jawara.
Syekh Asnawi berperan penting
dalam kemerdekaan Indonesia. Pasca pembacaan Teks Proklamasi, 17 Agustus 1945
yang diperjuangkan Oleh para ulama, santri dan masyarakat, Belanda pada saat
itu masih tidak mengakui kemerdekaan Negara Indonesia sehingga mereka melakukan
berbagai upaya untuk tetap menjajah Negara Indonesia. Kemudian para Ulama dengan
semangat jihad-nya melakukan gerakan protes sosial yang akhirnya dengan
campurtangan pemerintah kolonial Belanda tersebut sejarah mencatat gerakan
mereka sebagai gerakan komunis atau pemberontakan sehingga hal tersebut dijadikan alasan penangkapan dan
pembuangan para ulama Banten yang jaraknya dekat dari Batavia termasuk Syekh
Asnawi Caringin pada tahun 1926 (Arnold C. Backman dalam Suryanegara A. Mansur:
508).
Selama dipengasingan, Syekh Asnawi tetap mengajarkan Al-Qur’an
dan tarekat kepada masyarakat sekitar. Setelah dirasa cukup aman, ia kembali ke
kampung halamannya di Caringin dan mendirikan madrasah Masyarikul Anwar serta
masjid Salafiyiah Caringin (1884) yang ditandai oleh denah 4 persegi panjang. Pada
keempat sisinya terdapat serambi. Arsitektur mesjid dipengaruhi oleh unsur
arsitektur lokal. Telihat dari bentuk atapnya dan ditopang oleh arsitekur
asing,terlihat pada bentuk jendela dan pintu dalm dengan ukuran relative besar
juga pilar pilar yang mengelilingi mesjid.
Menurut cerita bahwa kayu mesjid berasal dari kayu
Kalimantan yang dibawa oleh syekh Asnawi dan konon dahulu pohon tersebut tidak
bisa ditebang. Walaupun bisa ditebang pohon tersebut akan tumbuh kembali
beberapa saat kemudian. Tapi berkat do’a syekh Asnawi akhirnya pohon tersebut
dapat ditebang yang kemudian dibawanya ke caringin untuk dibangun mesjid. Wallahu
a’lam.
Syekh Asnawi berpulang ke rahmatullah pada tahun 1937 dan
dimakamkan di masjid salfiah Caringin. Hingga kini masjid tersebut tidak pernah
sepi peziarah baik dari dalam daerah
Bantan maupun dari luar banten di seluruh wilayah tanah air. Meskipun jasadnya
kini sudah terbenam di dalam tanah, namun banyak orang yang mencintai dan
mengunjunginya. Karena banyak yang mengunjungi itu lah meskipun Beliau telah
wafat namun karena ilmu dan iman nya, daerah tempat tinggalnya tetap dilimpahi
rahmat dan rezeki oleh Allah SWT seperti perekonomian penduduk (penjual
oleh-oleh), wisata religi dan lain sebagainya.
Itu lah sekilas gambaran tentang Tokoh Islam di
Pandeglang yang diambil dari berbagai sumber dengan sangat hati-hati. Mengingat
bahwa saat ini banyak sekali informasi-informasi yang sengaja dipublikasikan untuk menyudutkan agama
Islam serta tokoh-tokohnya, oleh karena itu kita harus sangat hati-hati dalam
mengambil informasi J
jangan sampai aqidah kita terkikis oleh jajahan kaum kafir yang sengaja
disalurkan melalui banyak media.
Wallahu a’lamu bish Shawwab..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar