gadget

EDISI

EDISI 1 (12) EDISI 2 (11) EDISI 3 (14) EDISI 4 (10) EDISI 5 (9) EDISI 6 (9) IKLAN (4) INFO (5) RESENSI (6) Salam Redaksi (7)

Senin, 18 September 2017

Rohingya Dibantai, dunia Berkabut



Rohingya Dibantai, Dunia Berkabut . Sejak lebih dari sepekan lalu, kekerasan terbaru meletus di negara bagian Rakhine - Myanmar yang banyak dihuni umat muslim Rohingya. Gelombang kekerasan baru ini menandai eskalasi dramatis sejak oktober 2016 lalu, ketika milisi Rohingya melakukan serangan dengan skala yang lebih kecil. Para pengungsi Rohingya mengatakan bahwa aparat keamanan Myanmar dan kelompok militan radikal  Budha membakar desa-desa mereka. Pemerintah Myanmar berdalih pasukan keamanan mereka sekadar mengambil langkah balasan terhadap lebih dari 20 pos polisi oleh milisi Rohingya. Bentrokan susulan sesudah itu membuat banyak warga sipil baik Islam maupun Budha, lari menyelamatkan diri dari desa-desa mereka. Setelah serangan milisi pada bulan oktober 2016 lalu militer melakukan operasi pembalasan yang keras, dan banyak warga Rohingya mengatakan bahwa dalam operasi itu pasukan keamanan melakukan pembakaran desa dan penyiksaan. Seperti yang dikemukakan oleh Karimullah Mohammad, salah satu warga Rohingya yang mengungsi di Indonesia.
‘Myanmar ingin menumpas habis Muslim Rohingya’
Karimullah Mohammad menitikkan air mata seusai menonton video pembakaran rumah warga di Mingdao, Arakan, Myanmar, 31 Agustus 2017. Pria usia 37 tahun ini sudah enam tahun mengungsi ke Indonesia, sementara saudaranya masih berada di Mingdao. (Hayati Nupus - Anadolu Agency)
 
 
Karimullah Muhammed adalah warga Rohingya yang mengungsi ke Indonesia. Ia mengatakan, kekerasan atas orang Rohingya bukanlah hal yang baru bagi mereka. “Myanmar telah melakukan pembunuhan massal dalam waktu yang lama, namun pemerintah telah meningkatkan pembasmian dalam beberapa tahun terakhir,” kata Muhammed. Karimullah Muhammed juga mengatakan bahwa bukan ratusan melainkan ribuan umat Muslim Rohingya dibantai habis. “Saya membaca berita bahwa sekitar 300 warga Rohingya terbunuh, namun saya telah diberitahu teman-teman saya yang diserang [di negara bagian Rakhine] bahwa lebih dari 3.000 Muslim Rohingya terbunuh dan hampir 100 desa dibakar habis,” ungkapnya.
Secara histeris, penduduk Rakhine membeci kehadiran Rohingya yang mereka pandang sebagai pemeluk islam dari negara lain dan ada kebencian meluas terhadap Rohingya di Myanmar. Di sisi lain, penduduk Rohingya merasa bahwa mereka adalah bagian persekusi oleh negara. Negara tetangga Bangladesh sudah menerima ratusan ribu pengungsi dari Myanmar dan tak mampu lagi menampung mereka.
Ada sisi agama dalam konflik ini, namun juga ada ketegangan antar etnis dan ekonomi. Komunitas rakhine merasa terdiskriminasi secara budaya, di eksploitasi secara ekonomi dan terpinggirkan oleh pemerintah pusat yang di dominasi oleh etmis Burma. Dalam situasi ini, etnis Rohingya, oleh orang Rakhine dianggap sebagai pesaing dalam perebutan sumber daya, sehingga menimbulkan ketegangan di negara bagian itu yang kemudian memicu konflik dari dua kelompok tersebut. Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dalam kompas.com mengatakan, sebaiknya masyarakat tidak terjebak dalam melihat isu kekerasan terhadap warga Rohingya sebagai konflik antara Islam dan Budha. Hal tersebut, menurut Yenny, justru akan menimbulkan polemik di dalam negeri. "Wahid Foundation mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak terjebak dalam melihat konflik Rohingya sebagai konflik antara agama Islam dan Budha. Apalagi sampai berujung pada sikap memusuhi komunitas atau penganut agama tertentu sebagai respons atas kejadian di Rohingya," ujar Yenny seperti dikutip dari keterangan pers Wahid Foundation, Selasa (5/9/2017).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO Terbaru

INFO Terbaru
"The Best Writer Of The Month" Edisi September

INFO Khusus

INFO Khusus
Karena terbentur dengan kegiatan UAS dan libur sekolah, pendaftaran anggota baru dibuka pada tanggal 01 November - akhir Desember 2017