gadget

EDISI

EDISI 1 (12) EDISI 2 (11) EDISI 3 (14) EDISI 4 (10) EDISI 5 (9) EDISI 6 (9) IKLAN (4) INFO (5) RESENSI (6) Salam Redaksi (7)

Senin, 18 September 2017

Terlambat



 Created By :A-A Ikha'a.

          Bel berbunyi nyaring ketika aku sampai di gerbang besar sekolah. Siswa lain yang masih berada diluar area sekolah segera melangkah cepat. Mengejar kecepatan pak zein penjaga sekolah yang mulai menatap gerbang sambil sambil  menggenggam sebuah gembok besar serta  rencengan kunci seluruh lubang kunci yang ada di sekolah.
          Aku berjalan santi ketika orang lain terbara bara menuju kelas masing masing. Membenarkan posisi kerudung lebarku yang sedikit miring. Dan baru ikut berlari kecil ketika seisi koridor berangsur sepi. Melangkah cepat menuju pintu kelas ku berada. Sambil diam diam tanpa ku sadari, bibir ku telah merangkai senyum simpal. Sebenarnya bukan kebisaanku datang tepat pada  waktu … nya masuk sekolah. Aku selalu datang di saat sebelum yang lain datang.
Ketika pak Zein masih menyantapa sarapan sepiring pisang goreg dan kopi hitamnya di pos jaga.  Disaat mentari masih bersembunyi dibalik jejeran  pegunungan yang menjulang tinggi. Disaat angkasa raya masih berwarna biru lembayunhg. Ketika rerumputan lapangan masih basah oleh embun pagi.      Saat itulah aku sudah berada didalam kelasku, duduk dibangku deretan pertama paling ujung. Memandang jauh menembus jendela kearah rerumputan lapangan sekolah, deretan pegunungan sekolah, langit berwarna lembut dan menatap alam yang selalu misterius.
          Tetapi hari ini berbeda, aku datang  ketika  Matahari mulai meninggi, ketika panasnya mentari mulai terasa dikulit. Ketika langit begitu terang  hingga menyilaukan mata, ketika embun pagi telah kembali menguap ke udara. Ketika pak zein telah melangkah keluar dari pos jaga. Menggenggam gembok besar dan rentengan kunci seluruh sekolah.
          Karena hanya di hari inilah aku bisa berpapasan dengan nya. Hal yang hanya terjadi sehari dalam seminggu, Hanya dihari ini ia akan berkesempatan datang kekelasku. Mendorong kursi roda seorang guru sepuh yang mendapat bagian mengajar dikelasku. Mengantar beliau hinng meja guru, menyapaku yang masih dia berdidiluarkelas. Menyapaku dengan kalimat “selamat pag rinai hari itu kau hampir saja terlambat tersenyum ia menyapaku menunjukan gingsul giginya diantara deretan gigi yang rapih. Lantas pamit pergi melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
          Aku membalas sapaannya hanya dengan anggukan. Tersenyum sopan  barang sekeja. Entah ia melihatnnya atau tidak. Lantas belum genap ia berpamitan aku sudah melesat masuk kekelas melangkah gonta sambil menghela nafas. Senang sekaligus kecewa. Senang karena bisa bertemu dengan nya. Kecewa karena tak bisa berrkata apa apa. Selalu saja begitu setiap minggunya.Hingga tanpa kusadari siklus iu terus terjadi selama setengah tahun.
          Bermula ketika pertamakali ia menuntun kursi roda pak Hasan. Saat itu minggu pertama tahun ajaran  baru. Kini aku kelas satu Aliyah, masih kuingat sapaan pertamanya, senyum pertamanya yang hingga kini tak berubah.Bedanya saat itu ia menyapaku dengan kalimat “selamat pagi. Hari ini kan hampir saja terlambat‘. Ia belum tahu namaku ,tetapi sapaan pertamanya sudah begitu akrab.
          Seiring waktu berjalan, ia akhirnya mengetahui namaku dan akupun mengetahui namanya lewat cari cari dengan anak anak yang sedang berkumpul setiap hari, membicarakan sesuatu yang selalu terdengar seru.
          Ia bernama haidarah kelas 2 Aliyah, berbeda satu tahun dengan ku. Haidarah dalam bahasa Arab berarti ”Singa” nama asli dari khalifah Ali Bin Abi Thalib. Aku merasa senang ketika mengetahui arti dari kata namanya itu. Nama yang selalu kuingat sejak pertama kali mengetahuinya, nama yang selalu kuulang dikala pagi masih begitu gelap.
          Hingga aku mengikuti siklusnya, berusaha sebisa mung  kin datang bersamaan dengannya. Setelah melewati beberapa minggu aku mulai berusaha merangkai kata untuk membalas suratnya. Tapi aku selalu mengulangi kesalahanku. Hanya diam, tersenyum barang sekejap hingga akhirnya melengos pergi, menghela nafas berat antara senang sekaligus kecewa.
          Setengah tahun terlewati tak ada yang berubah setiap kali aku berpapasan dengannya. Hingga sebuah kenyataan tak terduga datang tiba tiba, seperti ketika kau sedang menikmati sebotol air yang baru habis setengah dan tiba tiba saja kau tersedak. Air yang tadinya menyegarkan berubah mencekik tenggorokan. Alasannya sederhana pak Hasan tak lagi mengajar ia pun tak lagi mampir dikelasku. Aku kehilangan sapaannya sejak itu, tak ada lagi senyum ramahnya,tak bisa kulihat lagi gingsul gigi nya, tak ada lagi kesempatan menyampaikan sepatah dua patah kata kepadanya.
          Dengan amat nyata, kurasakan ada sesuatu yang hilang tapi bahkan aku tak mengetahui apa sejatinya apa yang hilang itu. Aku kembali pada suatu yang amat jelas, Haidarah telah pergi…
          Setelah terakhir kali aku melihatnya,aku tak pernah melihatnya lagi. Entah itu lewat dikelas, koridor, kantin, lapangan seakan ia tak ada atau memang tak ingin bertemu denganku lagi.Seakan akan dari hati ada yang tercabut amat dalam sekali. Waktu terus berjalan tanpa memperdulikan apapun, begitu pula diriku yang kecil. Waktu berjalan bagai hembasan angin yang terlupakan.
          Kini aku berumur 17 tahun, setelah libur panjang nanti aku resmi akan menjadi murid kelas 3 Aliyah. Hari ini adalah acara perpisahana siswa siswi angkatan Haidarah. Hingga saat inipun aku tetap tak melihatnya diantara orang-orang yang memakai kebaya untuk perempuan, dan pakaian batik untuk laki laki. Aku tak menghela nafas seperti 2 tahun yang lalu, hanya menatap lapangan yang ramai oleh lautan manusia.
Setengah hari berlalu acara telah selesai. Saat itu aku bersiap siap akan pulang, saat hendak mengambil tas punggungku didalam kelas kulihat sebuah amplop terselip di sisi kanan tas tertera namaku disudut bawah amplop.
          Inilah jawaban dari pertanyaanku 2 tahun yang lalu.
Assalamu’alaikum Rinai. Bagaimana kabarmu??? Semoga kau selalu sehat.
Sebenarnya aku tak tahu hendak mengatakan apa, akupun tak yakin jika kau mengenali siapa aku. Tapi, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku adalah orang yang selalu menunggumu sejak pertama kali kita berpapasan mendorong kursi roda perlahan sambil berhitung akan kedatanganmu. Aku mencoba sebisa mungkin bisa berpapasan dengan mu.Beberapa minggu terlewati aku berusaha menyusun kalimat baru untuk menyapamu. Tapi aku hanya mengulang kesalahanku. Hingga pak hasan tak mengajar lagi. Hanya kalimat itu selalu ku ucapkan. Rasa penasaranku kepadamu belum terjawab. Tiba-tiba pertanyaan lain datang menambah pikira. Aku merasa ada sesuatu yang hilang. Seperti ada yang tercabut di dalam dasar hati .
          Dua tahun berlalu tak pernah terlupakan pertanyaan yang sampai saat ini belum terjawab. Aku berharap di hari inilah jawaban itu datang. Kini aku sudah menemukan jawaban dari satu pertanyaan akan rasa penasaranku ini. Aku ternyata merindukan senyum simple mu rinai…
                                                                                                          Haidarah







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO Terbaru

INFO Terbaru
"The Best Writer Of The Month" Edisi September

INFO Khusus

INFO Khusus
Karena terbentur dengan kegiatan UAS dan libur sekolah, pendaftaran anggota baru dibuka pada tanggal 01 November - akhir Desember 2017