gadget

EDISI

EDISI 1 (12) EDISI 2 (11) EDISI 3 (14) EDISI 4 (10) EDISI 5 (9) EDISI 6 (9) IKLAN (4) INFO (5) RESENSI (6) Salam Redaksi (7)

Senin, 18 September 2017

Inilah Alasanya Kenapa Kita Harus Move On Dari “Tidak Hoby Membaca” Menjadi “Hoby Membaca”



Oleh: Didah El-Fauzi Malik

Sangat sering kita melihat hampir di seluruh tempat orang Indonesia merokok dengan nikmatnya. Namun jarang sekali melihat orang Indonesia yang asik terpekur membaca buku di tempat umum. Orang Indonesia adalah bangsa yang sangat malas membaca buku. Tak heran, industry rokok berhasil mengalahkan industry buku karena orang Indonesia lebih suka membeli rokok daripada buku.

Kondisi minat baca bangsa Indonesia memang semakin memprihatinkan. Berdasarkan study “Most Littered Nation In The Word” Oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca, yaitu berada persis dibawah Thailand (59) dan diatas Bostwana (61). Padahal dalam fasilitas dan infrastruktur, Indonesia berada di atas negara-negara Eropa, seperti Jerman, Portugal, Selandia baru dan Korsel (Korea Selatan).

Kementrian pendidikkan dan kebudayaan terus menggenjot minat baca masyarakat khususnya peserta didik. Berdasarkan survey UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 % artinya dalam seribu masyarakat yang memiliki minat baca hanya satu orang saja. Dengan keadaan demikian Indonesia hampir setara dengan Afrika Selatan.

Sementara itu dalam data BPS 2006 menunjukkan tingkat minat baca masyarakat usia diatas 15 tahun menunjukkan 55% orang leBih tertarik membaca Koran, 29% membaca majalah, 16% membaca buku cerita dan 44% membaca buku pelajaran sekolah, dan jumlah masyarakat usia 15 sampai 59 tahun yang buta aksara sebanyak 5,9 juta jiwa atau 3,70% dari 81 juta jiwa.

Situasi itu tentu menjadi catatan penting dalam dunia pendidikkan di tanah air. Bagaimana caranya bisa meningkatkan kemampuan literasi, tentu ini bukan hanya pekerjaan rumah untuk pemerintah, tapi juga perlu kesadaran masyarakat untuk mulai membiasakan diri untuk membaca.
Lalu apa yang menyebabkan minat membaca masyarakat sangat minim, bahkan hampir semua orang tidak suka membaca. Berikut adalah alasan-alasan logisnya :
1.      Membaca bukan kegiatan instann yang bisa langsung dinikmati hasilnya, membaca tidak sama dengan makanan cepat saji atau minum Coca Cola. Kadang hasil bacaan tersebut baru akan dinikmati bertahun-tahun setelahnya.
2.    Orang Indonesia punya jiwa sosial yang tinggi dan suka bergantung pada lingkungannya. Mereka lebih suka ngobrol di warung kopi atau warung makan. Membaca buku menyebabkan individualism
3.    System pendidikkan tidak mewajibkan untuk membaca buku.
4.    Orang Indonesia lebih suka berbudaya lisan ketimbang membaca atau menulis.
5.    Membaca adalah pekerjaan elit, sementara Indonesia terbiasa dengan hidup sebagai negara jajahan dan sebagian besar dari rakyat jelata.
Dari kelima factor tersebut membuktikan bahwa pola fikir masyarakat Indonesia masih sangat kuno. Kita harus berevolusi mental. Globalisasi mempunyai manfaat bagi bangsa Indonesia pada titik tertentu. Globalisasi melatih bangsa Indonesia untuk berkompetisi dan bekerjasama. Dengan demikian sedikit demi sedikit dapat mengikis mental colonial yang diwariskan para penjajah.

------------------------------------------------Dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO Terbaru

INFO Terbaru
"The Best Writer Of The Month" Edisi September

INFO Khusus

INFO Khusus
Karena terbentur dengan kegiatan UAS dan libur sekolah, pendaftaran anggota baru dibuka pada tanggal 01 November - akhir Desember 2017